Selasa, 18 September 2007

DUKUNGAN

DUKUNGAN
Oleh Hafidz al Abrozzy
Pada suatu sore yang sangat cerah, ustadz saya yang selalu menuturkan hikmah memulai pelajarannya. Nak, suatu saat andai engkau ditakdirkan oleh Allah menjadi orang yang mempunyai kepandaian, kecakapan bergaul, ahli bertutur kata dan berkomunikasi, mampu menggerakkan orang lain untuk meraih tujuan bersama, mampu membuat konsep dan melaksanakannya dan kemudian orang orang yang berada di sekelilingmu mendukungmu untuk menjadi pemimpin mereka, maka ingatlah dua hal ini.
Yang pertama, bahwa dukungan itu ada dua. Ada dukungan yang ikhlas, sumbernya dari hati yang bersih dan ada pula dukungan yang culas, sumbernya iri dengki. Dukungan yang ikhlas mendorongmu untuk benar benar memberi manfaat kepada orang yang engkau pimpin, sekuat tenaga dan kemampuanmu. Dukungan itu akan mewujud dengan dorongan semangat, penghibur duka lara ketika susah menimpa dan pemberi peringatan ketika lupa. Itulah dukungan sejati, ia takkan meninggalkanmu tatkala engkau jatuh dan ia takkan membiarkanmu terlena tatkala engkau jaya. Ia hadir sebagai sinar terang yang mencerahkan.
Sementara yang kedua, dukungan karena culas, adalah dukungan yang menjerumuskanmu masuk ke dalam jurang kenistaan dan kehinaan. Ia mendukungmu karena ia dengki dan hasut kepadamu. Ia mendukungmu dengan harapan suatu saat engkau jatuh terhempas. Dukungan seperti itu selalu akan menyuapimu dengan informasi yang salah sehingga engkau tidak pernah secara tepat memetik hikmah dalam menjalankan amanah. Ia akan menenggeleparkanmu kedalam kehancuran. Lalu pada saat itu ia akan berbalik menyerangmu dengan sejuta cercaan dan cacian seakan ia lah pengadil sempurna.
Yang kedua anakku, bahwa terhadap dukungan yang diberikan orang kepadamu, engkau harus selalu ingat tiga hal, yaitu sabar, tawakkal dan istikharoh. Sabar dalam artian engkau tidak perlu terlena oleh sanjungan orang yang mendukungmu dan tidak perlu kecewa oleh kritikan orang yang menolakmu. Tawakkal dalam artian bahwa engkau harus selalu mengembalikan segala sesuatunya kepada Dzat yang Maha Menguasai, termasuk segenap kemampuan dan kepemimpinan yang engkau miliki-itu pada hakikatnya bukan milikmu, melainkan hanya assesoris yang menjadi media ujian dari-Nya. Istikharoh berarti engkau harus selalu memohon petunjuk langsung dari-Nya mana yang terbaik bagimu dan bagi orang orang di sekelilingmu. Andaikata engkau mampu memegang teguh tiga hal ini, niscaya engkau tidak akan menderita dan sakit hati ketika banyak orang yang mencercamu atas suatu keputusan yang engkau ambil dan engkau yakini kebenaran dan keadilannya. Sebaliknya engkau juga tidak akan sombong dan berbangga diri ketika banyak orang yang menyanjungmu atas suatu keputusan yang menggembirakan mereka.

Tidak ada komentar: