TENTANG KEKUASAAN
Oleh Hafizullah Ahyak
Di pagi cerah yang menyegarkan, dengan obrolan yang sangat santai, Pak Ustadz mengajariku tentang kekuasaan sebagai berikut :
Nak, kekuasaan itu seperti ketika engkau buang air kecil. Orang lan di sekelilingmu begitu bau dengan air kencingmu, sementara engkau sendiri asik ma’suk mengeluarkannya. Ya, kekuasaan menyebabkan keterlenaan. Terlena karena memang kekuasaan dikelilingi beragam fasilitas dan asesoris. Fasilitas yang mengelilingi kekuasaan sering membutakan karena kecenderungannya yang bersifat pamrih. Cobalah engkau tengok, ketika si A belum menjadi lurah, berapa jumlah kawannya, dari jumlah kawannya itu, kau hitung berapa yang benar benar menjadi kawan sejati, yang terus menerus menasehati atas dasar kebenaran dan dalam bingkai kesabaran. Sekarang, ketika si A menjadi lurah, lihatlah, para kepala proyek yang memusuhinya dulu, mandor tebu yang angkuh, para kepala dusun yang arogan, semuanya mendekati dan berusaha merebut simpati sambil sesekali meniupkan bisikan bisikan maut, tentu saja dalam rangka memuluskan kepentingan dan keinginan masing masing.
Maka, sebaik baik manusia ketika ia memegang kekuasaan adalah yang ketika membuang air kencingnya ia menutup rapat kamar kecilnya, tidak lupa segera ia siram dengan air agar tidak menimbulkan bau dan polusi udara. Itu artinya anakku, saat engkau memegang kekuasaan, tutup rapatlah kekuasaanmu dari hal hal jelek yang bisa berupa manusia, keinginanmu sendiri, niat dalam hati, keluarga, istri dan anakmu, kolega dan konco kronimu. Tutuplah hal hal jelek itu dengan kejernihan air, ketajaman wawasan, kebersihan hati yang selalu mengajak kepada kebenaran, selalu dengarkan perkataan nuranimu yang terdalam ketika engkau akan memutuskan sesuatu, tanyakan apakah sesuatu itu membawa manfaat atau justru menimbulkan madharat, tanyakan secara jernih kepadanya apakah ada kepentingan kepentingan tersembunyi dibalik relung relung kedalaman proyekmu yang luar biasa. Dan ini segera engkau lakukan dan terus menerus engkau lakukan setiap saat, setiap waktu. Jangan biarkan air kencingmu lepas bebas tanpa kau siram dengan kebersihan dan kejernihan air. Jangan biarkan air kencing yang kotor itu menular kedalam dirimu dan lingkunganmu.
Anakku, kekuasaan itu cenderung kepada penyelewengan, power tends to corrupt. Untuk itu, dalam menggunakannya harus engkau hindari pembenaran pembenaran, harus kau gunakan kebijaksanaan kebijaksanaan tingkat tinggi agar keputusanmu tidak mendzalimi rakyatmu, harus kau ubah agar kekuasaanmu itu menjadi pelayananmu. Jadilah seperti Abu Bakar r.a. ketika dibaiat menjadi khalifah menggantikan Rasulullah SAW. Ia dengan tegarnya mengatakan, ‘aku bukanlah yang terbaik dari kalian, karena itu jika aku mengambil keputusan yang benar, dukunglah aku, tetapi jika aku mengambil keputusan yang salah, tegur dan ingatkanlah aku’.
Ketika engkau resmi menjadi pemimpin –yang memiliki sejumlah kewenangan dan kekuasaan tertentu, mulai buka mata hati dan pikiranmu untuk melihat, mendengar dan merasakan segala sesuatu tentang yang engkau pimpin. Dengarkan segala keluh kesah dan duka lara mereka, laksanakan nasihat mereka yang bijaksana, patuhi perintah mereka yang benar dan hindari memaksakan kehendak kepada mereka, sebab pertanggungjawabanmu kelak bukan hanya menyangkut dirimu tetapi juga menyangkut yang engkau pimpin itu.
Akhirnya, anakku, jadilah pemegang kekuasaan yang adil, ingatlah, pemimpin adalah pelayan bagi yang dipimpinnya. Allah selalu melihat dan mendengarmu, lebih dekat dari urat nadi, termasuk niat busuk yang engkau simpan rapi dalam bingkai kemulyaan kemulyaan. Bertawakkallah dan hati hati lah.
Kamis, 20 September 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar